BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendidikan
merupakan sebuah dasar yang paling utama dan penting bagi pengembangan pikiran
manusia secara optimal untuk meningkatkan kualitas berpikir manusia itu
sendiri. Pendidikan adalah salah satu upaya guna memerangi tingkat kebodohan di
kalangan masyarakat demi membuka jendela ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya.
Pada era moderen yang rentan dengan syarat kemajuan ilmu teknologi dan
informasi, memberikan banyak tantangan dan tekanan dalam segala bidang. Oleh
karena itu, manusia sangat dituntut untuk dan kreatif dan memiliki berbagai
inovasi yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman era globalisasi ini.
Pendidikan juga menjadi faktor penting dalam membangun bangsa dan warga
negaranya dalam melaksanakan dan mengembangkan kemajuan negara untuk mencapai
tujuan yang maksimal.
Pendidikan
merupakan aspek mutlak yang dapat mempengaruhi beberapa faktor nilai dalam
kehidupan seperti : faktor moral, agama, wawasan, pola pikir, perilaku dan
keterampilan. Faktor-faktor tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena
peran manusia yang dianggap sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, pendidikan
sangat dibutuhkan agar keharmonisan dan ketentraman antar manusia dapat berlangsung
di dalam lingkungannya.
Fungsi
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran
dan tubuh.
B.
TUJUAN
1.
Bagi Penulis
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia. Selain itu, bagi diri saya pribadi juga diharapkan dapat digunakan untuk
menambah pengetahuan yang lebih dan wawasan mengenai nilai-nilai pendidikan
yang dapat diambil contohnya dari seorang tokoh masyarakat seperti Ki Hadjar
Dewantara.
2.
Bagi Pembaca
Makalah
ini dimaksudkan untuk membahas pentingnya pendidikan bagi kita dan mempelajari
pendidikan seperti yang telah dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara dan
dampaknya terhadap dunia pendidikan serta menambah ilmu pengetahuan mengenai
globalisasi. Para pembaca yang dominan dari kalangan mahasiswa bisa digunakan
untuk melangkah lebih maju menuju pengetahuan yang lebih luas, sehingga mampu
menciptakan generasi berprestasi yang dapat diharapkan oleh bangsa dan negara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran Ki Hadjar Tentang
Pendidikan (Metode Asih, Asah, Asuh)
Menurut Ki hadjar Dewantara mendidik dalam arti yang
sesungguhnya adalah proses humanisasi, yakni pengangkatan manusia ke taraf
insani. Di dalam mendidik ada pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi
manusiawi yang otentik kepada manusia, untuk dimiliki, dilanjutkan dan
disempurnakan. Jadi sesungguhnya pendidikan adalah usaha bangsa ini membawa
manusia Indonesia keluar dari kebodohan, dengan membuka sifat alami manusia
(humanis). Menurut Ki Hadjar Dewantara tujuan pendidikan adalah “penguasaan diri”
sebab di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia (humanisasi). Penguasaan
diri merupakan langkah yang harus dituju untuk tercapainya pendidikan yang
bersifat humanisasi. Ketika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya,
mereka akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap
yang mandiri dan dewasa. Dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ada 2 hal
yang harus dibedakan yaitu sistem “Pengajaran” dan “Pendidikan” yang harus
berkaitan satu sama lain. Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek
hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan lebih
memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil
keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Keinginan yang kuat dari Ki Hadjar
Dewantara untuk generasi bangsa ini dan mengingat pentingnya guru yang memiliki
kelebihan mentalitas, moralitas dan spiritualitas. Demi kepentingan mendidik,
meneladani dan pendidikan generasi bangsa ini, beliau telah mengubah namanya
dari jabatan keningratannya sebagai Raden Mas Soewardi Suryaningrat menjadi Ki
Hadjar Dewantara. Perubahan nama tersebut dapat dimaknai bahwa beliau ingin
menunjukkan perubahan sikap ningratnya menjadi pendidik, yaitu dari satria
pinandita ke pinandita satria (dari pahlawan yang berwatak guru spiritual
ke guru spiritual yang berwatak pahlawan), yang mempersiapkan diri dan bersama
peserta didiknya untuk melindungi bangsa dan negara ini.
Bagi Ki Hadjar Dewantara, para guru-guru hendaknya menjadi
pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan spiritualitas, baru kemudian
menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik
untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Yang utama sebagai pendidik adalah
fungsinya sebagai model keteladanan dan sebagai fasilitator di kelas. Suasana
yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada
kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap
masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati;
pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan
independen secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan hendaknya tidak hanya
mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan diri dari orang
kebanyakan; pendidikan hendaknya memperkaya berbagai hal (aspek) pada setiap
individu akan tetapi perbedaan diantara masing-masing pribadi (keunikan) dan
perbedaan latar belakang individu (inklusi: ras, suku, agama, jenis kelamin,
dll) harus tetap dipertimbangkan; pendidikan hendaknya akan dapat memperkuat
rasa percaya diri, dan dapat mengembangkan harga diri tiap individu; setiap
orang harus dapat berlaku hidup secara sederhana dan guru hendaknya mampu dan
mau serta rela mengorbankan kepentingan-kepentingan hidup pribadinya demi
kebahagiaan para peserta didiknya. Menterjemahkan dari konsep pendidikan Ki
Hadjar Dewantara tersebut, maka banyak pakar menyepakati bahwa pendidikan di
Indonesia haruslah memiliki 3 Landasan filosofis, yaitu nasionalistik,
universalistik dan spiritualistik. Nasionalistik maksudnya adalah budaya
nasional, bangsa yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis,
maupun spiritual.Universal artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law),
yang dapat dikategorikan sebagai hukum sebab akibat. Spiritualistik artinya
segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini merupakan perwujudan dari kehendak
Tuhan. Prinsip dasar 3 landasan filosofis tersebut adalah kemerdekaan, merdeka
dari segala hambatan cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam
diri (hati) manusia. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, tentang metode yang sesuai
dengan sistem pendidikan di bangsa kita ini adalah sistem among yaitu metode
pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh. Metode ini
secara teknik pengajaran meliputi ‘kepala, hati dan panca indera’ (educate the
head, the heart, and the hand).
Metode Asah yaitu metode pendidikan yang hanya
mengembangkan aspek intelektual. sikap hidup bersama dengan sesama umat dan
sesama makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi, sebab setiap individu tidak akan
dapat memisahkan diri dari orang kebanyakan di lingkungan sekitarnya, selain
itu pendidikan juga hendaknya memperkaya berbagai hal (aspek) pada setiap
individu yang mau menerima perbedaan diantara masing-masing pribadi (keunikan)
dan mau menerima perbedaan latar belakang individu (inklusi: ras, suku, agama,
jenis kelamin, dll).
Metode Asuh yaitu metode guru dalam mendidik hendaknya
mampu dan mau serta rela mengorbankan kepentingan-kepentingan hidup pribadinya
demi kebahagiaan para peserta didiknya. (Dalam berbagai sumber tulisan tentang
pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan harus dimulai dari persamaan
persepsi pemangku pendidikan tentang mendidik itu sendiri).
B. Pengaruh Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Dalam Pendidikan
Pengaruh pemikiran pertama dalam pendidikan adalah dasar
kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri. Bila
diterapkan kepada pelaksanaan pengajaran maka hal itu merupakan upaya di dalam
mendidik murid-murid supaya dapat berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka
demi pencapaian tujuannya dan perlunya kemajuan sejati untuk diperoleh dalam
perkembangan kodrati, maksudnya bahwa upaya pendidikan diharapkan dapat
mengubah peserta didik untuk menjadi insan yang mandiri yang tidak ada
ketergantungan maupun tergantung pada pihak manapun. Pendidikan diartikan
sebagai daya upaya untuk memberikan tuntutan pada segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak- anak, agar mereka baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin
yang setinggi- tingginya (Aliran- aliran Pendidikan dan Pengajaran Dengan
Tokoh- tokohnya, 1974 : 93) kesempatan anak didik untuk berjalan sendiri.
Inilah yang disebut dengan semboyan “Tut Wuri Handayani”.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
adalah alat penting untuk menjadikan manusia lebih bermoral, berakal dan
mempunyai pikiran yang intelektual (menjadikan manusia seperti peran atau
kodrat yang diberikan Tuhan). Pelaksanaan pendidikan sangat didukung dengan
adanya penguasaan diri dari setiap manusia itu sendiri. Karena penguasaan diri
itu lah manusia mampu menempatkan dirinya untuk bersikap di situasi sehingga
menunjang pola pikir dan cara berpikir mereka. Menurut dua konsep dasar
pendidikan yang diterapkan Ki Hadjar Dewantara, semuanya memiliki satu tujuan
yakni sama-sama ingin memerdekakan manusia dari segala aspek, baik lahiriah
maupun batiniah. Agar mampu menciptakan generasi bangsa yang mampu maju dan
berkembang, serta memiliki kualitas pendidikan yang mampu berkompetisi dan
bersaing dalam taraf dunia diajang kemajuan teknologi dan informasi pada era
moderen sekarang ini.
Pendidikan di
Indonesia menganut sistem Nasioanlistik, Universalistik, dan Spiritualistik,
yang berarti nilai-nilai pendidikin di Indonesia harus tetap beracuan dan tidak
boleh menghilangkan budaya nasional atau adat istiadat bangsa Indonesia,
mengandung ilmu yang diajarkan oleh alam dan menganut kepercayaan semua yang
terjadi adalah ketetntuan Tuhan.
Pendidikan
berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara memiliki tujuan
untuk memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada manusia, mengembangkan
ilmu pengetahuan tersebut dan mau berkorban menyalurkan ilmu pengetahuan kepada
orang lain dengan tidak mementingkan kepentingan pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
K.H.· Dewantara: Kenanf(-kenangan, Dari Kebangunannasional sampai Proklamasi
Kemerdekaan, PenerbitEndang, Jakarta, 1952.
2.
K.H. Dewantara: Masalah Kebudayaan, Kenang-kenangan. promosi doctor honoris
causa, ML Persatuan T S 1957.
3. K.H. Dewantara: Demokrasi dan Leiderschap, ML
Persatuan T S cet. ke 2, 1959.
4. K.H. Dewantara: Karya I (Pendldikan), ML
Persatuan T S, Yogyakarta, 1962.
5. KH. Dewantara: Karya IIa (Kebudayaan), ML
PersatuanT S, Yogyakarta 1967
6.
M.l. Taman Siswa : MenRenangkan Jasa Pahlawan Ki HadjarDewan tara. Kepanlteraan
M. Luhur T S, Y ogyakarta1960.
7.
Mangunsarkoro : Het Nasionalisme in de Taman Siswa Beweging, dalam Koloniale
Studien no. 2, 1937.
8.
Muchammad Tauchia: Periuangan dan Ajaran Hidup Ki Hadjar Dewantara. ML T Siswa,
Yogyakarta, 1963.
9.
Muchamad Tauchid: Pahlawan dan Pelopor Pendidikan, ML Taman Siswa, Yogyakarta,
1968