TEORI PERILAKU PRODUSEN
Sebelum
memasuki pokok pembahasan dimana dalam penulisan blog kali ini akan berisi
mengenai perilaku produsen, biaya produksi, dan bagaimana cara menghitung
keuntungan / laba, ada baiknya mengetahui secara definisi bahwa produksi adalah
. Sedangkan produsen adalah pihak baik perorangan maupun suatu badan/organisasi
(perusahaan) yang menghasilkan produk dari proses produksi tersebut (berupa
barang atau jasa) untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Dari definisi
yang kita ketahui di atas, hal tersebut merupakan dasar pokok penunjang untuk lebih memahami pokok bahasan penulisan
blog kali ini seperti yang akan saya jelaskan berikut ini.
Teori
Produsen
Perilaku produsen
dalam menentukan beberapa faktor penting dalam produksi telah didapatkan dari
berbagai macam ilmu pengetahuan yang telah mereka jalani dalam bidangnya. Tentang
cara memproduksi suatu barang, menentukan jumlah barang yang akan diproduksi,
menyeimbangkan antara modal , keuntungan dan resiko kerugian yang akan didapat,
serta segala sesuatu yang berhubungan dengan rantai proses produksi dalam suatu
perusahaan atau industri. Namun, semua itu didasari oleh sebuah teori yang
mencakup ke dalam semua kegiatan produksi yaitu teori produksi.
Adapun prinsip produsen yang menyatakan
bahwa mengambil unit tambahan faktor produksi dengan biaya
per rupiah akan menghasilkan tambahan nilai penjualan yang paling maksimum.
Teori jangka waktu analisis :
a. Jangka pendek yaitu jangka waktu dimana terdapat sebagian
faktor produksi yang jumlahnya dianggap tetap.
b. Jangka panjang yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi
bersifat variabel.
Teori produksi dg satu faktor produksi variabel (analisis
jangka pendek) :
1) Pada umumnya faktor produksi yang dianggap variabel
adalah tenaga kerja.
2) Modal, tanah dan teknologi dianggap tetap atau konstan.
Fungsi produksi menunjukan sifat hubungan antara faktor-faktor
produksi (input) dan tingkat produksi yang diciptakan (output). Dinyatakan
dalam persamaan :
Q = f (K, L, R, T)
Keterangan: Q = output
K
= modal
L
= tenaga kerja
R
= kekayaan alam
T
= Teknologi
Faktor yang dipertimbangkan produsen dalam meminimumkan
biaya produksi :
a) Besarnya pembayaran untuk faktor produksi tambahan
(marginal cost).
b) Besarnya tambahan hasil penjualan yang diakibatkan
oleh tambahan faktor produksi tersebut.
Beberapa pengertian penting dalam Teori Produksi
:
1. Produk total (Total product) yaitu keseluruhan
output yang dihasilkan dari hasil penggunaan sejumlah faktor produksi tertentu.
2. Produk rata-rata (Average product) yaitu produksi
yang dihasilkan oleh satu orang tenaga kerja /input variabel (AP = TP / L).
3. Produk marjinal (marginal product) yaitu tambahan
produk yang diakibatkan oleh bertambahnya seorang tenaga kerja, dan sebaliknya (ΔTP/ΔL).
Biaya Produksi
Biaya
Produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan pengusaha atau produsen untuk
membeli faktor-faktor produksi dengan tujuan menghasilkan produk. Faktor-faktor
produksi itu sendiri adalah barang ekonomis (barang yang harus dibeli karena
mempunyai harga) dan termasuk barang langka, sehingga untuk mendapatkannya
membutuhkan pengorbanan berupa pembelian dengan uang.
Biaya Produksi dibedakan
dalam dua jangka waktu:
- Jangka Pendek, yaitu jangka waktu di mana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya.
- Jangka Panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan.
Dua jenis biaya
produksi :
a) Biaya eksplisit adalah pengeluaran perusahaan yang berupa
pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor produksi dan bahan mentah yang
dibutuhkan perusahaan.
b) Biaya implisit adalah perkiraan pengeluaran (biaya) atas faktor
produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
Biaya produksi tergantung sepenuhnya pada
dua hal yaitu sebagai berikut :
1.
Harga
Input/harga faktor-faktor produksi. Semua barang dan jasa yang diperlukan untuk
memproduksi suatu produk dibeli dengan uang, sehingga mempunyai harga.
Contohnya bahan baku mentah, bahan baku setengah jadi, gaji pegawai, upah
buruh, dan sebagainya.
2.
Efisiensi
perusahaan yang bersangkutan dalam mempergunakan inputnya atau faktor produksinya.
Dua perusahaan yang memiliki input sama persis, namun yang satu bekerja dengan
lebih efisien dari perusahaan yang lainnya, maka perusahaan yang efisien itulah
yang lebih bisa menekan biaya produksinya. Efisien adalah prinsip kerja yang mampu
menghasilkan banyak output/produk dalam waktu yang singkat atau tidak terlalu
menghabiskan banyak waktu.
Biaya produksi perlu diketahui dalam
menentukan beberapa aspek seperti berikut:
1) Untuk melukiskan tingkah laku aktual
perusahaan.
2) Untuk dapat meramalkan tingkah laku
perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan kondisi yang dihadapi.
3) Untuk membantu perusahaan dalam
menentukan usaha untuk mencapai laba maksimum.
4) Untuk memberikan nilai bagaimana cara
perusahaan mengelola sumber (resources/faktor produksi/input).
Sumber-sumber biaya produksi adalah
sebagai berikut,
1.
Sumber-sumber
Tetap (Fixed Resources)
Sumber-sumber tetap adalah
sumber/input/bahan yang jumlahnya tetap sekalipun jumlah output/produk yang
dihasilkan bertambah ataupun berkurang.
Contoh : tanah, bangunan, mesin, dan
sebagainya.
2.
Sumber-sumber
Variabel (Variable Resources)
Sumber-sumber variabel adalah
sumber/input yang jumlahnya berubah-ubah sesuai perubahan nilai output.
Artinya, input akan bertambah jika output yang dihasilkan bertambah, dan akan
berkurang jika output yang dihasilkan berkurang.
Contoh
: bahan baku, penambahan karyawan baru, keterbatasan karyawan, dan sebagainya.
Cara
Menghitung Laba Usaha Secara Sederhana
Menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP)
/ Modal Pokok cara menghitung modal pokok penjualan
dapat dijelaskan. Perhitungan modal pokok merupakan hal pertama yang harus
dilakukan untuk mengetahui keuntungan usaha selanjutnya.
Contoh:
HPP per porsi bakso adalah Rp1.500 .
Harga pokok penjualan sebuah kebab adalah sebesar Rp1.400 per buah.
Menentukan Harga Jual
menentukan
harga jual bergantung pada keinginan pemilik dan segmentasi pasarnya.
Contoh:
Kali ini harga jual ditentukan dari
harga yang umum di pasaran. Harga pasaran umum bakso adalah Rp5.000 dan harga
pasaran untuk kebab adalah Rp6.000.
Menghitung Keuntungan Kotor adalah
hasil keuntungan dari perhitungan penjualan dikurangi modal pokok akan tetapi
belum dikurangi biaya operasional.
Keuntungan kotor = Penjualan per buah/porsi - Modal Pokok
Keuntungan kotor/hari = Total penjualan/hari/bulan — Total modal
pokok atau per Bulan
Contoh:
Usaha
Kebab keuntungan kebab/buah = Rp6.000 – Rp 1.400 = Rp4.600/buah. Bila sehari
rata-rata dapat menjual 20 buah kebab, berapa keuntungan kotor yang diperoleh setiap
hari dan setiap bulannya?
Keuntungan kebab 20 buah/hari adalah =
Rp4.600 x 20 = Rp92.000/hari
Keuntungan kebab rata-rata/bulan adalah
= Rp92.000 x 30 = Rp2.760.000
Menghitung
Total Biaya Operasional adalah biaya-biaya
lain yang dibutuhkan untuk usaha selain bahan baku. Biaya operasional antara
lain:
1)
Biaya Bahan bakar (gas)
2)
Biaya upah tenaga kerja
3)
Komisi per buah untuk tenaga keliling
(bila ada)
4)
Biaya transportasi
5)
Biaya rekening listrik (jika ada)
6)
Biaya rekening air (bila ada)
7)
Biaya kerusakan produk, atau sisa yang
tidak terjual
Contoh:
Bila
sebulan usaha kebab membutuhkan 2 tabung gas 3 kg dan upah tenaga kerja, biaya
ongkos belanja Rp10.000 setiap 2 hari dan total perhitungan sisa yang tidak terjual
10 buah setiap bulannya. Maka berapa total biaya operasional kebab setiap
bulannya?
Perhitungannya adalah:
2 tabung gas Rp17.000
= Rp 34.000
Gaji pembantu
= Rp 500.000
Ongkos 10.000 x 15 hari
= Rp 150.000
Sisa kebab 10 x 1.400
= Rp 14.000
Total biaya operasional/bulan = Rp
698.000
Menghitung Keuntungan Bersih
adalah
hasil keuntungan yang sudah dikurangi seluruh biaya operasional. Cara
perhitungannya adalah:
Keuntungan Bersih = Total Keuntungan
Kotor/Bulan - Total Biaya Operasional Setiap Bulan
Contoh:
Dengan
total keuntungan kotor usaha kebab Rp2.760.000 setiap bulan dan biaya operasional
setiap bulan Rp698.000. Berapa keuntungan bersih yang dihasilkan usaha kebab
tersebut?
Keuntungan bersih/bulan = Rp2.760.000 —
Rp698.000 = Rp2.062.000
Alokasi
Hasil Keuntungan Bersih
Keuntungan bersih memang mutlak menjadi
hak pemilik usaha, tapi akan lebih baik bila hasil keuntungan bersih juga ada
pengelolaannya sehingga usaha Anda akan terasa lebih sehat. Akan tetapi Anda
sendiri yang berhak menentukan, pertimbangannya bila semakin besar
persentase pengembalian modal investasi maka usaha akan lebih cepat balik modal
(BEP). Berikut ini adalah tips-tips persentasi untuk alokasi hasil keuntungan
bersih usaha :
a.
Untuk pengembalian modal investasi =
30—50%
b.
Untuk penyusutan alat = 10—20%
c.
Untuk pengembangan usaha = 10 —20%
d.
Untuk kebutuhan konsumtif = 10—50%
Sumber:
1) http://lista.staff.gunadarma.ac.idDownloadsfiles28857Materi+5+Teori+Produsen.pdf
2) http://share.its.ac.id/pluginfile.php/1294/mod_resource/content/1/BIAYA_PRODUKSI.pdf
3) http://pakarcomputer.blogspot.com/2013/01/bagaimana-cara-menghitung-keuntungan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar